HomeNEWSRCL Lasut Nyaris Dilupakan Sejarah, Penerima Sertifikat Scouters Baden Powell, Diusulkan Jadi...

RCL Lasut Nyaris Dilupakan Sejarah, Penerima Sertifikat Scouters Baden Powell, Diusulkan Jadi Bapak Pramuka Sulut

TOMOHON, Mileniumtimes.com– Namanya nyaris dilupakan sejarah. Padahan setiap tanggal 14 Agustus bangsa Indonesia memperingati Hari Pramuka atau sebelumnya dikenal sebutan kepanduan. Setiap kita memperingatinya, setiap kali itu pula kita lupa siapa tokoh dibalik gerakan kepanduan di Sulawesi Utara.

Dialah Rijcloff Constantijn Lodwwijk Lasut, dimasanya orang mengenal dan akrab memanggilnya, “Notji”.

Pria kelahiran Remboken 8 Desember 1904 anak biologis dari ayah Apeles Johanis Lasut dan ibu Emma Adelaida Mamahit. Ayahnya Apeles Johanis Lasut berdarah Tomohon tinggal di Tikala Ares, seorang penilik sekolah di Manado dan pernah menjadi anggota Minahasaraad (anggota DPRD Minahasa-kini).

RCL Lasut, dikenal tidak hanya karena keikutsertaanya pada iven pandu internasional dan nasional seperti keikut sertaannya pada Jambore Nasional Pramuka pertama.

Tetapi diketahui sebagai tokoh yang memomulerkan gerakan kepanduan di Sulawesi Utara sejak zaman penjajahan Belanda, Jepang dan Kemerdekaan bahkan pada masa selama pergolakan Permesta.

Dia pernah mengikuti International Scouting (pertemuan pandu sedunia) di Inggris pada tahun 1929.

Pada pertemuan dan juga pelatihan untuk pencari bakat yang digelar di Gillwell Park (bumi perkemahan dan pusat kegiatan pramuka dunia) di London Inggris itu, RCL Lasut bersama tokoh-tokoh pandu seluruh dunia mendapat penghargaan dan sertifikat ke-4 pelatihan untuk pemimpin pandu yang ditandatangani oleh Lord Baden Powell Bapak Pandu Dunia. 

“Iya, Opa Notji sebelum menikah, pernah ke Inggris ditahun 1929 mengikuti Internasional Scouting di Inggris. Dan disana ia mendapat penghargaan sertifikat pelatihan untuk pemimpin pandu, ”cerita Juliastini Roosali Appolonia Lasut cucu RC Lasut yang didengarnya cerita dari ayahnya Henry David Apeles Lasut (84 tahun).

Di tahun yang sama 1929, RCL Lasut mendapat penghargaan “Wood-Badge” (lencana kayu-red) yang ditandatangani Lord Baden Powel atas kecakapannya setelah mengikuti pelatihan teori dan praktik kepanduan di Dago Bandung.  

“Di Dago Bandung, Opa Notji mendapatkan penghargaan Wood-Badge yang ditandatangani Lord Baden Powell,” sebut Juliastini Lasut.

Sepulang dari Inggris dan Bandung, RC Lasut dimata masyarakat luas, dikenal sebagai sosok yang terus membumikan gerakan kepanduan di Sulawesi Utara sedari ia masih muda dan belum menikah.

Dan gerakan kepanduan itu mulai dilakoninya sedari zaman penjajahan Belanda, Jepang, zaman kemerdekaan dan pada masa pergolakan Permesta.

“Notji, dia seorang pelopor dan pejuang Padvender (pandu-red). Di tahun 1940-an, saya melihat Notji di jalan utama Tomohon dengan seragam kebesarannya sedang memimpin barisan sekelompok pemuda-pemudi yang memakai seragam pandu, ”ingat Piet Liuw (84 tahun) menyebutkan ketika itu Notji sebagai Guncho (Kepala Distrik era Jepang) Tomohon .

Karena kecintaannya pada kepanduan, sampai pernikahannya pada tahun 1930 dengan Anastasia Maria Apolonia Lasut prosesinya dilakukan dengan upacara “Tongkat Pora” sebuah tradisi lama ala kepanduan. Dan kelak isterinya menjadi pembina pandu.

Di Kota Tomohon sendiri, diketahui kalau RCL Lasut di tahun 1953 pernah melakukan kegiatan perkemahan di daerah Perkebunan Wakan Kelurahan Kamasi bahkan  diceritakan menjadi tempat markas Pandu Minahasa.

“Melihat fakta sejarah, perjalanan, pengabdian prestasinya dan konsistensinya untuk mengangkat serta memajukan dunia kepramukaan di Sulawesi Utara, sudah selayaknya RCL Lasut, oleh pemerintah Propinsi diberikan penghargaan”

“Tepat jika Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey memberinya gelar, RCL Lasut, Bapak Kepanduan Sulawesi Utara,” ungkap Turambi yang dikenal berhasil memperjuangkan 3 tokoh kemerdekaan Sulut; LN ‘Babe’ Palar, BW Lapian dan Mr. AA Maramis sebagai Pahlawan Nasional .

Usulan lain pun datang dari Yongky Sumual, Wakil Ketua Kwarcab Tomohon Bidang Binamuda yang mengapresiasi perjuangan RC Lasut dalam mengangkat gerakan kepramukaan di Sulut.

“Untuk mengenangnya, Kota Tomohon perlu dibuatkan patung monumen dada RCL Lasut, agar generasi datang khususnya komunitas pramuka mengetahui tokoh kepanduan Sulut yang makamnya di Pekuburan Umum Talete Tomohon,” sebut Sumual yang juga sebagai Korps Pelatih senior Pramuka di Kwarcab Tomohon. 

Diketahui, RCL Lasut dan Anastasia Maria Apolonia Lasut yang memiliki 4 (empat anak dan 1 masih hidup) juga dikenal dalam pemerintahan.

RCL Lasut pamongpraja lulusan MULO, pernah Hukum Kedua di Langowan, Tombariri dan Tomohon.

Bahkan pada masa pendudukan Jepang, pada tahun 1944-1945, ia diangkat sebagai Hukum Besar (Guncho) di Distrik Tomohon,

Ia pernah ditahan pemerintahah Belanda karena keterlibatannya pada Peristiwa Merah-Putih (14 Februari 1946), sebelumnya pernah menjadi anggota Minahasaraad (dari Distrik Tomohon-Sarongsong) lalu di tahun 1947 menjadi anggota Parlemen NIT (Negara Indonesia Timur).

RCL Lasut meninggal di Tomohon pada 14 Mei 1977 (fry).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments